Yesus Kristus hidup 2,000 tahun yang lalu, di Israel masa kini. Pandangannya terhadap wanita benar-benar berlawanan dengan budaya Timur Tengah pada masa itu dan sekarang.
Wanita sering kali diperlakukan sebagai harta milik. Rabbi Yahudi memulai setiap pertemuan di rumah ibadat dengan kata-kata, "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, karena Engkau tidak menjadikanku wanita."
Seorang isteri tidak pernah boleh menceraikan suaminya. Namun, seorang suami boleh menceraikan isterinya atas alasan apa pun, dan dia tidak memiliki kewajiban untuk memberinya sokongan kewangan. Suami hanya memberikan surat cerai dan mengirimnya pergi.
Wanita sering kali dianggap rendah daripada lelaki, dikecualikan dari kehidupan keagamaan secara umum dan jarang diajarkan Taurat, bahkan secara persendirian.
Dia selalu bersedia untuk menyembuhkan dan melakukan mukjizat sama untuk wanita seperti untuk lelaki. Dia mengajar baik lelaki maupun wanita. Tidak mengira apa kelayakan keagamaan mereka, atau kedudukan sosial mereka, atau gaya hidup mereka. Dia mencintai orang dan berinteraksi dengan mereka dengan cara yang sangat ramah, baik lelaki maupun wanita. Ini termasuk pencuri, pelacur, pesakit kusta, wanita dari kelas sosial rendah.
Penulis Philip Yancey mengulas, "Bagi wanita dan orang-orang yang tertindas lainnya, Yesus memutar balikkan hukum yang diterima pada zamannya. Menurut ahli kitab suci Walter Wink, Yesus melanggar norma-norma waktu itu dalam setiap pertemuannya dengan wanita yang dicatat dalam empat Injil."1
Ribuan orang mengikuti Yesus, beberapa untuk ajarannya dan kebanyakan karena mukjizat yang Dia lakukan di antara mereka, menyembuhkan mereka yang sakit. Pemimpin agama menjadi semakin tersinggung oleh populariti Yesus. Dan mereka mempunyai rancangan.
Hukum mereka memerlukan pelemparan batu hingga mati bagi setiap wanita yang tertangkap berzina. (Tidak pernah lelaki, selalu wanita.) Mereka menemukan wanita seperti itu, menghasut orang ramai dan menyeretnya ke hadapan Yesus. Di sana wanita itu berdiri sendirian, terdedah, menunggu. Kerumunan di sekelilingnya telah bersiap sedia, siap untuk melempari batu kepadanya.
Semua orang telah mendengar Yesus mengajarkan tentang kasih dan kebaikan, keperluan untuk saling memaafkan. Para penghasut agama dalam kerumunan ini dengan lantang berkata kepada Yesus, “Guru, wanita ini tertangkap basah sedang berzina. Dalam Hukum, Musa memerintahkan kita untuk melempari wanita-wanita seperti ini dengan batu. Sekarang apa yang engkau katakan?”
Jika dia memberinya belas kasihan, itu berarti dia berkompromi dengan perzinaan dan menjadi musuh hukum moral mereka. Jika Yesus melemparinya dengan batu, maka semua ajarannya tentang belas kasihan dan pengampunan akan batal.
Yesus membungkuk dan mulai menulis di tanah dengan jarinya. Mereka terus mendesaknya. Yesus berdiri dan berkata kepada mereka, “Sesiapa di antaramu yang tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama merejam batu kepadanya.” Sekali lagi dia membungkuk dan menulis di tanah.
Satu demi satu mereka pergi, "mulai dari yang tertua" sampai tinggal Yesus sendiri dengan wanita itu. Yesus bertanya padanya, "Di manakah mereka? Tidak adakah orang yang mengutukmu?"
"Tidak ada, Tuhan," katanya.
“Aku pun tidak menghukummu. Pergilah, jangan berbuat dosa lagi.”2
Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Bolehkah kamu bayangkan betapa terkejutnya dia? Dia boleh hidup. Dan dia bebas untuk pergi. Yesus tahu bahwa suatu hari nanti, di atas salib, Dia akan membayar hukuman untuk perzinaannya, untuk kebencian orang banyak itu, dan untuk kesombongan para pemimpin agama. Dosa-dosa seluruh dunia akan jatuh pada diriNya, saat Dia memperoleh pengampunan kita.
Meskipun Dia adalah Tuhan, satu-satunya yang berhak menghakiminya, Dia dengan jujur boleh mengatakan kepada wanita ini, “Aku pun tidak menghukummu. Pergilah, jangan berbuat dosa lagi.”
Yesus berkata Dia datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dia adalah Penyelamat kita. Dia mengubah hidup mereka yang mengenal-Nya.
Seperti wanita berikut ini... Dia adalah seorang Samaria, latar belakang etnik yang dianggap rendah oleh orang Yahudi. Yesus adalah seorang Yahudi. Berikut apa yang terjadi.
Yesus sedang beristirahat di dekat perigi yang popular di mana seluruh komuniti akan datang untuk mengambil air mereka. Pada waktu itu adalah waktu yang paling panas, waktu ketika tidak ada yang datang. Tetapi seorang wanita muncul, berharap tidak melihat siapa pun atau terlihat. Dia telah menikah dan bercerai lima kali, sekarang hidup dengan lelaki keenam. Kali ini, melangkaui pernikahan. Apa bezanya? Dia mungkin dipandang dengan sangat hina oleh orang-orang sekampungnya.
Yesus tahu semua ini tentang dirinya, dan dia tahu hatinya. Dia melihat keperluannya akan sesuatu yang jauh lebih dari sekadar air fizikal. Dia memerlukan air untuk jiwanya.
Meskipun orang Yahudi tidak pernah berbicara dengan orang Samaria, Yesus berkata kepadanya, “Sesiapa yang minum air dari perigi ini akan dahaga semula; 14tetapi sesiapa minum air yang Kuberikan kepadanya nanti tidak akan dahaga lagi selama-lamanya. Air yang akan Kuberikan itu akan menjadi mata air dalam dirinya dan memberinya hidup yang kekal.”3
Mereka berbicara sebentar, dan dia tidak hanya percaya kepada-Nya, tetapi berlari kembali ke kampungnya, berbicara kepada orang-orang yang dia hindari, meyakinkan mereka untuk datang mendengarkan Yesus... yang akhirnya mereka lakukan! Yesus mengubah hidupnya dari rasa malu menjadi sukacita. Dalam setiap pertemuan dengan wanita, Dia mengubah hidup mereka.
Mungkin tampilan yang paling menakjubkan tentang Yesus menghormati wanita terjadi setelah kebangkitan Yesus dari kematian. Yesus dipukul dengan sangat teruk, pergelangan tangan dan kaki dipakukan ke salib sampai Dia mati. Dia dikuburkan di dalam kubur. Dan pada hari ketiga, Yesus meninggalkan kubur dan hidup kembali secara fizikal, seperti yang Dia katakan. Orang pertama yang diajak Yesus berbicara setelah kebangkitannya adalah wanita.
Hal ini dicatat dalam keempat Injil. Ini luar biasa. Wanita memiliki kedudukan yang sangat rendah dalam budaya itu. Mereka tidak memiliki kekuasaan keagamaan atau hukum sebagai pembicara. Namun Yesus memberi mereka peranan sebagai yang pertama memberitahukan orang lain tentang kebangkitan-Nya.
Bukan hanya wanita, tetapi semua orang. Yesus mengundang kita untuk percaya kepada-Nya, untuk diampuni sepenuhnya dari semua dosa kita, untuk memulai hubungan dengan Tuhan.
► | Bagaimana memulai sebuah hubungan dengan Tuhan |
► | Saya mempunyai soalan… |
Nota Kaki: (1) Philip Yancey; The Jesus I Never Knew, m/s 154, Zondervan Publishing House. (2) Yohanes 8:4-11. (3) Yohanes 4:13,14.